Keadilan Itu Buat Siapa ?

Pertanyaan itu selalu muncul dalam benak Bripka Garuda Tua Sihombing. Pasalnya, sudah lima bulan laporan penngaduan di Polsek Percut Sei Tuan belum ada kejelasan. Terbukti, para pelaku masih menghirup udara segar. Miris memang, laporan anggota polisi belum juga direspon apalagi masyarakat biasa? 
Surat tanda penerimaan lapor (STPL) selalu dibawa Garuda Tua Sihombing. Pria bertubuh tegap yang bertugas di Polsek Binjai Utara tersebut kecewa. Hampir setiap minggu, bolak balik Medan-Binjai hanya sekedar untuk mengurus laporan tersebut.    
Lebih memilukan lagi, orang yang dilaporkan sempat melakukan teror terhadap-nya. Namun selaku penegak hukum, pria berumur, 44 tahun yang lahir di Jalan Mesjid Taufik Kelurahan Tegal Rejo, Kecamatan Medan Perjuangan, itu hanya bisa pasrah.
Karena itu, dirinya membuat laporan pengaduan (LP) ke Polsek Percutseitua saat dirinya berhadapan dengan sekelompok preman, yang dengan sengaja melakukan aksi teror dan merusak plang sasana tinju miliknya di Jalan Datuk Kabu Pasar III Desa Tembung, Kecamatan percutseituan.
Dirinya tidak mau main hakim sendiri dan melaporkan kasus pencurian plang sasana tinju miliknya ke Polsek Percutseitua berdasarkan dengan nomor laporan pengaduan STPL/808/IV/2011/Percut tertanggal 2 April 2011 lalu. Sayangnya, sampai saat ini para pelaku belum berhasil ditangkap.
Kepada Kabar Langit, Garuda mengaku hanya bisa menunggu hasil dari laporannya. “Gimana, kita hanya bisa menunggu dengan proses di polisi,” ujarnya pasrah.  
Sekedar inforasi, jika plang sasana tinju bernama ‘Tembung Deli Perkasa’ milik Garuda telah hilang di curi oleh sekelompok preman yang telah diketahui identitasnya. Pencurian konon dilatar belakangi perselisihan tanah di kawasan tempat di bangunnya sasana tinju tersebut.
 “Kita tau siapa pelakunya dari keterangan saksi yang melihat,” tandas Garuda seraya mengatakan dirinya tidak mau main hakin sendiri dan biarlah pengusutan di lakukan sesui dengan prosedur.
Ditambahkan Garuda, ada sekelompok preman berinisial AK, AJ dan DN yang tidak senang dengan dibangunnya sasana tinju. Padahal, kata dia, ini untuk kepentingan masyarakat. Garuda berharap agar pihak kepolisian segera menyelidiki kasus pencurian dialaminya dan menangkap para pelaku.
“Yah kita berharap agar polisi segera menangka pelaku. Apalagi, selama ini banyak masyarakat yang telah diresahkan oleh aksi mereka,” beber Garuda. Dalam aksi pencurian dilakuka oleh sekelomok preman tersebut diketahui oleh saksi Hendra (26), yang melihat ketiga pelaku melakukan pencabutan plang tersebut.
Hilangnya plang tinju diketahu Garuda saat dirinya hendak meninjau lokasi pembangunan sasana tinju. Terkejutnya dia saat melihat plang yang telah dibuatnya dengan merogoh kocek sebesar Rp 2 juta hilang dari lokasi.
Selanjutnya, Garuda coba mencari tau dari warga sekitar yang melihat aksi pencurian itu. Saat akan menanyakan,garuda bertemu dengan Hendar dan menanyakan prihal pencurian itu.
Sebelumnya, Kapolsek Percutseituan Kompol M Simanjuntak mengaku masih menyelidiki kasus tersebut. Namun, sampai saat ini pelaku juga belum berhasil ditangkap.   Mirisnya lagi, usai di laporkan ke Polsek Percutseitua, para pelaku melakukan aksi teror terhadap polisi bertubuh tegap itu. 
Ketua Langit, babeh Syah Brisya, sangat menyesalkan lambannya pihak kepolisian menyikapinya. Dimana, kata dia, kepolisian telah membentuk tim pemburtu preman akan tetapi preman dengan leluasa melakukan terror bahkan kepada personil penegak hukum. “Gimana bias polisi membiarkan aksi ini, jelas jelas ada tim pemburu preman masak ini dibiarkan,” ujarnya.          
Diharapkan, pihak penegak hukum segera menindak tegas para preman yang melakukan terror  “Sama personil aja para preman itu suka suka apalagi sama rakyat kecil yang tertindas,” tambahnya.
Lain halnya dengan Iindar Azwan yang sengaja datang ke Jakarta untuk bertemu SBY dengan jalan kaki  hingga memakan waktu selama 22 hari. Dari Malang menuju Jakarta hanya bermodalkan lima stel pakaiaan, dua pasang sepatu, tiga pasang kaus kala, dan uang Rp 300 ribu. Ia nekat meninggalkan keluarganya di Malang, Jawa Timur hanya untuk mencari keadilan untuk anaknya tercinta.
"Saya berharap presiden SBY bisa memperhatikan hukum masyarakat kecil, bukan hanya orang-orang berduit ," katanya. Miris memang, lalu keadilan itu buat siap? 
Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menekankan agar perluasan akses keadilan bagi rakyat kecil. Pembangunan hukum yang berkualitas merupakan sebuah keharusan. "Perluasan akses ini dapat dilakukan melalui pengelolaan perkara yang makin efisien dengan menerapkan kemajuan teknologi informasi, mendorong peran lembaga swadaya masyarakat atau NGO yang bergerak di bantuan hukum untuk masyarakat, penyelenggaraan sidang keliling hingga di daerah terpencil, maupun pembebasan biaya berperkara bagi masyarakat tidak mampu," kata Presiden ketika membuka Konferensi Administrasi Peradilan Regional Asia Pasifik atau International Assosiation for Court Administrator (IACA) Asia Pacific Regional Conference Tahun 2011 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, baru baru ini.

Related

Dedi Suhardi 7153415323208362156

Posting Komentar

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN RAKYAT

Connect Us

item