Raup Rupiah Dari Sampah


Rajutan tangan terampil komunitas Atap Alis akhirnya mampu menarik perhatian ribuan pengunjung yang kebetulan melihat langsung suasana Green Festival, beberapa waktu lalu. Kreativitas dilakukan sekelompok anak anak remaja tersebut bermula dari sebuah hobi untuk mengurai benda-benda yang sudah tidak terpakai. Bermacam replika, seperti tank, kapal perang dan patung dirajut dari dari bungkus rokok, tutup minuman ringan, botol plastik ataupun sampah elektronik.


 “Benda apapun selama masih memiliki fungsi tanpa disadari dapat menjadi barang yang bernilai jual. Hal itu sudah kita buktikan,” ujar Yulistyo Pramono, salah satu pengurus Atap Alis. Komunitas ini sudah terbentuk sejak tiga tahun lalu di salah satu rumah kawa-. san Ciracas, Jakarta Timur dengan anggotanya yang terbilang berisi anak-anak muda berkisar 20 hingga 30 tahun.
Kreatifitas ini dilakukan bermula dari sebuah hobi untuk mengurai benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi dilakukan secara tidak sengaja. Berdasarkan pengakuan, Rangga (27) seluruh kawan-kawannya tidak bisa tinggal diam ketika melihal begitu banyak sampah yang berserakan." Karena mereka nggak bisa diam, temyata kita bisa buat sesuatu yang nggak semua orang tertarik," katanya.

Melihat beberapa orang kawannya memiliki minat yang sama, salah seorang temannya memiliki ide untuk membangun sebuah komunitas. Semua anggotanya merupakan seniman dengan mengangkat sampah sebagai bahari baku utama pembuatan mainan yang dihasilkannya.  "Sampai akhirnya ada teman dari Tangerang bikin pameran kecil dan hasilnya cukup baik," tambahnya.
Melihat hasil kreativitas, mereka tidak kalah dengan barang-barang hobi lainnya yang bisa langsung dirangkul Seorang guru di salah satu sekolah di kawasan yang sama dengan kelompok ini tertarik untuk ikut serta di dalamnya.
Tidak menemui banyak kesulitan untuk menemukan bahan baku yang diperlukan untuk membuat sebuah replika tank, kapal perang ataupun patung. Pasalnya, semuanya bisa ditemukan di beberapa tempat pembuangan bahkan mcmungutnya ketika melihat ada yang membuang di hadapannya.
Berbeda dengannya. Rangga mengaku justru memiliki kesulitan sendiri saat membangun sebuah benda. Pasalnya, karya yang akan diga-rapnya itu tidak terkonsep sehingga membutuhkan bayangan ataupun pengamatan yang mendalam agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. "Permasalahannya adalah detailnya, seperti kapal perang harus kita tentukan posisinya," jelasnya.
Terlebih untuk membuat sebuah kreativitas tidak membutuhkan waktu yang sangat panjang. Cukup merangkainya satu per satu selama satu hingga dua jam langsung dapat dijadikan sebuah replika salah satu benda yang paling sering ditemui. "Tapi itu juga tergantung sama niat kita. Biasanya kalau sedang malas bisa berhari-hari nggak selesai," beber Roni.
Kreasi kerajinan juga datang dari Jawa Barat. Tangan-tangan kreatif dari  bumi Pasundan ini mampu mengubah benda tak berharga menjadi bernilai rupiah. Ook (36), salah satunya. Sekitar setahun ini, menyulap limbah atau sampah sisa batok kelapa jadi barang-barang unik. Karyanya itu mayoritas berfungsi sebagai hiasan atau cinderamata yang sarat sentuhan seni.
“Limbah dari batok kelapa bisa dijadikan benda-benda yang unik dan menarik. Daripada dibuang begitu saja, sisa-sisa bato kelapa ini saya manfaatkan menjadi untuk kerajinan tangan,” kata Ook.
 Ia mengaku mampu membuat ratusan bentuk dan desain dari batok kelapa. Mulai dari miniatur rumah, sepeda motor, keranjang hingga lukisan.
“Contohnya miniatur motor Vespa dan Becak. Sampah batok kelapa dikumpulkan lalu ada yang dipotong dan diukir. Setelah itu, beberapa batok-batok kelapa ada yang ditempel untuk membentuk benda yang diinginkan tadi,” jelas Ook sambil memamerkan karyanya.
Ia menambahkan, harga dari hasil olah tangannya itu tergantung tingkat kesulitan benda yang dibuat sendiri atau berdasar pesanan konsumen. Untuk vespa dan becak, Ook mampu merampungkan selama dua hingga tiga hari.
 













“Semua itu kembali lagi kepada tingkat kesulitan saat proses pembuatan. Benda-benda buatan saya dan sejumlah teman ini, terlihat cocok dipajang di dalam rumah, ruang hotel dan kafe,” ucap pria berkacamata ini.
Miniatur becak, Ook membanderol di harga Rp 75 ribu. Sementara miniatur becak yang dilengkapi pengemudinya itu dilego Rp 120 ribu untuk ukuran kecil.
Setiap harinya, Ook menyempatkan diri bersama sejumlah teman untuk memproduksi sampah menjadi barang pendatang rupiah. Ia mengerjakannya di sebuah tempat di Jalan Kolonel Masturi atau dekat RSJ Cisarua. “Kalau mau cari saya, datang saja ke SMP Cisarua,” ujarnya.




Posting Komentar

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN RAKYAT

Connect Us

item